Festival

6 Film Indonesia Diputar di Southeast Asian Film Festival 2013

Published

on

Singapore Art Museum

Seperti yang dikutip di website www.singaporeartmuseum.sg , di tahun ketiga Festival Film Asia Tenggara ini semakin menunjukkan karya-karya sinematik terbaik dari daerah. Tujuan dari Festival ini memberikan jendela ke dalam isu-isu inti dari kawasan Asia Tenggara dan ada tidak hanya sebagai ruang untuk berbagi antar-budaya dan intelektual, tapi untuk membentuk persahabatan seni dan film.

Nah, di festival ini penonton mempunyai kesempatan langsung menyaksikan film, bertemu dan berdiskusi dengan pembuat filmnya. Di festival ini ada film dari berbagai negara, misalnya Vietnam, Filiphina, Indonesia , Malaysia dan lain-lain.

Festival ini berlangsung dari 22 Maret 2013 hingga 14 April 2013. Kita sebagai warga negara Indonesia harusnya bangga karena film karya anak bangsa turut meramaikan festival film ini. Ada sebanyak 6 judul film indonesia yang akan di putar, diantaranya :

1. Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (Peculiar Vacation and Other Illnesses)

Karya Yosep Anggi Noen ini menceritakan tentang sebuah hubungan cinta disengaja, api cinta yang mengubah sesuatu, perjalanan yang membuat dua orang yang merasa asing , jatuh cinta satu sama lain. Atau mungkin itu bukan cinta. Ini hanya nafsu.

2. Atambua 39° Celsius

Karya Riri Riza ini merupakan sebuah film mengingat gaya pekerjaan saya sebelumnya, Eliana, Eliana. Latar belakang visual film ini adalah lingkungan -ingkungan komunitas pengungsi di Timor, dengan rumah-rumah yang dinding tradisional dan atap seng. Kota Atambua adalah tabrakan dari tradisi dan modernitas, kemajuan dan kemiskinan, kesulitan dan keindahan, di samping padang panas Timor, tutur Riri Riza.

3. Mangga Golek Matang di Pohon (The Mangoes)

Karya Tonny Trimarsanto mengisahkan Muhamad Zein Pundagau yang menjadi waria dan mengubah namanya menjadi Renita. Tradisi di lingkungan keluarganyalah yang memaksa dia harus pergi karena ayahnya adalah seorang guru agama dan pemimpin, keputusan Renita tidak dapat diterima oleh keluarganya.

Dia hidup dengan penghasilan yang sangat sedikit jadi karyawan salon dan kadang-kadang menjadi pelacur. Hingga akhirnya dia pulang ke kampung halamannya ingin meminta pengampunan kepada orang tuanya.

4. Sang Penari (The Dancer)

Film karya Ifa Isfansyah bercerita tentang Srintil Indah yang mana adalah seorang penari ronggeng di sebuah desa Jawa miskin pada pertengahan 1960-an. Desa melihat keahliannya sebagai tanda Indang, semangat hanya ronggeng nyata memiliki, yang akan memimpin mereka menuju kemakmuran dan ketertiban.

Kisah cinta Srintil dan Rasus menggambarkan konflik antara nilai-nilai tradisional dan modernisme, diperkuat oleh kebodohan dan kemiskinan di pedesaan Jawa pada waktu itu.

5. Rumah dan Musim Hujan (One Day When the Rain Falls)

Karya Ifa Isfansyah , Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang tinggal di tiga rumah berbeda di Indonesia, sebuah negara yang mengalami banyak hujan dan masalah yang menyertainya termasuk pemadaman, banjir atau wabah. Cerita-cerita dalam film ini terjadi lebih dari satu malam di tiga rumah, seperti hujan. Setiap rumah memiliki emosi sendiri dan genre. Emosi berbeda dari satu rumah ke rumah lainnya.

6. Kebun Binatang (Postcards from the Zoo)

Karya Edwin, film ini bercerita tentang Lana yang ditinggalkan di kebun binatang oleh ayahnya ketika dia masih kecil, Lana tumbuh dikelilingi oleh hewan. Ketika seorang pemuda misterius memasuki dunianya, ia jatuh cinta dan meninggalkan kebun binatang untuk pertama kalinya. Antara ingatannya tentang masa lalu dan keinginannya untuk mencari jalan sendiri, dia harus mencari tempat yang mungkin mustahil yaitu rumah.

Click to comment

Trending

Exit mobile version